Sabtu, 31 Maret 2012

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Strategi Active Learning (Belajar Aktif)
Menurut Glasgow 1996 (Doing Science), belajar aktif adalah dimana seorang siswa berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar pada cara belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang akan mereka ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka melakukannya. Peran mereka berkembang lebih jauh kepengolaan pendidikan diri dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar.
Menurut Modell and Michael 1993, belajar aktif adalah adanya keterlibatan siswa secara individual di dalam proses membangun model mental mereka dari informasi yang mereka peroleh. Sedangkan menurut UC Davis TAC, belajar aktif adalah suatu pendekatan belajar yang melibatkan siswa sebagai “gurunya sendiri”. Perlu diingat, siswa aktif adalah suatu pendekatan, bukan metode. Strategi active learning (belajar aktif) adalah strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar, dibutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar, yaitu dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar, dan dari sarana belajar.
Menurut Ujang Sukanda, metode active learning (belajar aktif) adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak bergantung terhadap guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru.
Menurut Melvin L. Silberman, strategi active learning (belajar aktif) merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajar yang komprehensif, meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif. Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa strategi active learning (belajar aktif) adalah salah satu cara atau stategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien.

B.   Prinsip – prinsip Strategi Active Learning (Belajar Aktif)
       Prinsip-prinsip strategi active learning adalah sebagai berikut :
1.    Prinsip motivasi.
2.    Prinsip latar konteks.
3.    Prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus tertentu.
4.    Prinsip hubungan sosial.
5.    Prinsip belajar sambil bekerja.
6.    Prinsip perbedaan perseorangan.
7.    Prinsip menemukan.
8.    Prinsip pemecahan masalah.
Pada hakikatnya, siswa telah memiliki potensi dalam dirinya maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan informasi sendiri. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya dapat diperhatikan beberapa prinsip belajar mengajar pada waktu proses belajar mengajar agar siswa melakukan kegiatan secara optimal. Oleh karena itu, prinsip-prinsip tersebut bukan hanya untuk diketahui melainkan yang lebih penting dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.

C.   Komponen Strategi Active Learning (Belajar Aktif)
Komponen-komponen pendekatan active learning adalah sebagai berikut:

1.    Pengalaman
Siswa akan belajar banyak melalui perbuatan. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya melalui pendengaran. Untuk mengenal adanya benda tenggelam dan terapung dalam air, siswa akan merasa lebih mantap apabila mencobanya sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru.
2.    Interaksi
Belajar akan berlangsung dengan baik dan meningkat kualitasnya apabila berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat siswa ditanyakan hal yang mereka kerjakan, mereka terpacu untuk berfikir menguraikan lebih jelas sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.
Diskusi, dialog, dan tukar gagasan akan membantu siswa mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan membantu mereka memiliki pemahaman yang lebih baik. Siswa perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayang rasa takut sekalipun dengan pertanyaan yang menuntut alasan atau argumen dapat membantu mengoreksi pendapat asalkan didasarkan pada bukti.
3.    Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan siswa dalam mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Mengungkapkan pikiran, baik dalam mengemukakan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman siswa tentang sesuatu yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
4.    Refleksi
Apabila siswa mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, ia akan merenungkan kembali gagasannya kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa, yang berupa pertanyaan yang matang (membuat siswa berpikir), dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
Adapun pendukung dari komponen pendekatan active learning adalah sebagai berikut:
1.    Sikap dan perilaku guru
Dalam menciptakan suasana yang dapat mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan perilaku guru hendaknya:
a.    Terbuka, yaitu mau mendengarkan pendapat siswa.
b.    Membiasakan siswa untuk mendengarkan apabila guru atau siswa berbicara.
c.    Mengahargai perbedaan pendapat.
d.   Mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
e.    Menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
f.     Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
g.    Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa.
h.    Tidak kikir untuk memuji dan menghargai siswa.
i.      Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas.
j.      Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.
2.    Ruang kelas yang menunjang aktif
a.    Berisikan banyak sumber belajar.
b.    Berisikan banyak alat bantu belajar.
c.    Berisikan banyak hasil karya siswa.
d.   Penataan letak bangku dan meja siswa.
Komponen belajar aktif dan pendukungnya menunjukkan adanya upaya saling mempengaruhi dan saling mendukung antara satu dan yang lainnya, misalnya tampilan siswa, tampilan guru, dan tampilan ruang kelas. Dengan kata lain, suasana belajar aktif adalah dimana siswa aktif dalam belajar dan guru aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

D.   Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
1.    Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan, sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan berlatih. Pendidik adalah fasilitator dan perancang suasana kelas demokratis. Kedudukan pendidik adalah pembimbing dan pemberi arah. Peserta didik merupakan obyek sekaligus subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif. Disini dibutuhkan partisipasi aktif di kelas, bekerja keras dan mampu menghargainya, suasana demokratis, saling menghargai dengan kedudukan yang sama antar teman, serta kemandirian akademis.
Pendekatan ini sebenarnya telah diberlakukan sejak dahulu. Hanya, kadar keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, sedangkan saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak lagi berpusat pada siswa. Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya.
Melalui pendekatan ini, para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk memproses sebuah perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget memandang akal seorang anak adalah sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terprogram. Akan tetapi, dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan di kelas secara bersama-sama.

2.         Dasar-dasar Pemikiran Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
a.         Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri.
Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi, hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah.
b.        Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat.
Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
c.         Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif.
Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir, tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian, kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif, dan tes sumatif.
d.        Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama.
Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar perlu diperhatikan bahwa betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggungjawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.

3.           Hakikat Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Hakikat CBSA adalah proses keterlibatan antara intelektual dengan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya :
a.         Proses asimilasi atau pengalaman kognitif, yaitu yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
b.        Proses pembuatan atau pengalaman langsung, yaitu yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
c.         Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
Walaupun demikian, hakikat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tedensi, atau kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan siswa selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional, kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien.
4.         Prinsip – prinsip Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang nampak pada empat dimensi, yaitu :
a.         Dimensi siswa atau subyek didik
1)        Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkan pendapat.
2)        Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan dan tindak lanjut dari proses belajar mengajar maupun tindak lanjut dari suatu proses belajar mengajar. Hal ini terwujud bila guru bersikap demokratis.
3)        Kreativitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
4)        Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun, termasuk guru.
b.         Dimensi guru
1)        Adanya usaha guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar.
2)        Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
3)        Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar mengajar.
4)        Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan caranya serta tingkat kemampuan masing-masing.
5)        Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar mengajar serta penggunaan multimedia. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c.         Dimensi program
1)        Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa yang merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
2)        Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
3)        Program yang fleksibel (luwes) yang artinya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d.        Dimensi situasi belajar mengajar
1)        Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru dengan siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar mengajar.
2)        Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar mengajar.

5.         Rambu – Rambu Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Dalam melakukan pendekatan CBSA, dapat dilihat berdasarkan :
a.         Pengelompokan siswa
Strategi belajar mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
b.         Kecepatan masing-masing siswa
Pada saat-saat tertentu, siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
c.         Pengelompokan kemampuan
Pengelompokan yang homogen harus didasarkan pada kemampuan siswa. Apabila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu kelompok, maka hal ini mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal apabila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
d.        Pengelompokan persamaan minat
Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
e.         Domain-domain tujuan
Strategi belajar mengajar berdasarkan domain atau kawasan (ranah) tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1)      Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domain, yaitu:
a)    Domein kognitif yang menitik beratkan aspek cipta.
b)   Domein afektif untuk aspek sikap.
c)    Domein psikomotor untuk aspek gerak.
2)      Menurut Gagne, ada lima macam kemampuan, yaitu:
a)    Keterampilan intelektual.
b)   Strategi kognitif.
c)    Informasi verbal.
d)   Ketrampilan motorik.
e)    Sikap dan nilai

Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh dan terjadinya asimilasi kognitif pengalaman belajar itu sendiri oleh siswa.

E.       Kreativitas sebagai Fokus Pendekatan Belajar Aktif
Belajar aktif melibatkan penggunaan pancaindera. Makin banyak indera yang digunakan makin efektif kegiatan belajar karena peserta didik akan lebih mudah menangkap apa yang dipelajari. Penggunaan lebih banyak indera saja tidaklah cukup. Baik untuk memanfaatkan pancaindera maupun untuk melancarkan kinerja otak, pendekatan belajar aktif mempersyaratkan gerakan. Karena itu, kebanyakan kegiatan belajar aktif melibatkan tindakan (action) peserta didik. Gerakan yang berfungsi memperlancar kinerja otak diwujudkan dalam bentuk tindakan atau action dalam pendekatan belajar aktif.
Kreativitas mensinergikan fungsi dan aktivitas belahan kiri dan kanan otak. Dalam praksis di sekolah, para guru dilatih dan didorong agar menerapkan beragam aktivitas guna mengembangkan potensi kreatif peserta didik. Kreativitas adalah fokus belajar aktif yang dilakukan melalui penciptaan ruang bagi peserta didik untuk berkreasi. Kreativitas utamanya mengandaikan tidak ada penilaian (judgment) salah-benar dari guru karena kepada peserta didik diberi ruang kebebasan berekspresi. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik untuk menemukan makna dan mengembangkan kompetensi.

F.       Implikasi Pendekatan Belajar Aktif
1.             Model Pembelajaran PAKEM
a.         Pembelajaran yang aktif
Berarti pembelajaran perlu mengaktifkan semua siswa dan guru, baik secara fisik ( termasuk segenap indera) maupun mental, bahkan moral dan spiritual. Misalnya kalau kelas sedang belajar tentang sifat-sifat air (IPA), lalu ada percobaan atau eksperimen sederhana, sehingga secara fisik aktif semua indera terlibat, juga berfikir dan menganalisis kenapa permukaan air selalu datar walaupun wadahnya dimiringkan misalnya, terus dikaitkan dengan kebesaran Tuhan menciptakan air bagi kesejahteraan hidup manusia, oleh sebab itu perlu dijaga kelestariannya.
b.         Pembelajaran yang kreatif
Yaitu mempunyai makna, tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan acuan kurikulum, karena kurikulum sekedar dokumen dan rencana, maka perlu dikritisi, perlu dikembangkan secara kreatif, ada seribusatu jalan untuk mempelajari dan memperdalam satu kompetensi tertentu. Jadi ada kreativitas pengembangan kompetensi dasar dan juga ada kreativitas dalam pelaksanaannya di kelas, termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber, bahan dan sarana untuk belajar.
Lingkungan dapat bermakna lingkungan fisik, dan sosial, fisik bisa berupa lingkungan alam dan gejala alam sedang lingkungan sosial merupakan segala perilaku manusia dan hubungannya dengan manusia lain, maupun terhadap lingkungan alam. Misalnya pasar, sikap berlalulintas, pelestarian dan perusakan lingkungan oleh manusia dan sebagainya.
c.         Pembelajaran dikatakan efektif
Jika mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang yang “didapat” oleh siswa, bahkan gurupun pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Agar kita tahu apakah pembelajaran di kelas kita efektif atau tidak, setiap akhir pembelajaran perlu kita lakukan evaluasi, evaluasi yang dimaksudkan disini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi sejenis “perenungan” yang dilakukan oleh guru dan siswa (refleksi) dan didukung oleh data catatan guru, salah satunya mungkin hasil latihan/sejenis tes lisan, tulis maupun perilaku. Kemudian barulah kita simpulkan sudahkah tujuan yang kita tetapkan telah tercapai, seberapa besar pencapaiannya, apa kekurangan dan kelebihannya serta apa tindaklanjut dan rencana kita berikutnya, yang berupa program perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
d.        Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran ini harus dimaknai secara luas tidak sekedar menyenangkan, tetapi pembelajaran juga harus dapat “dinikmati” oleh pembelajarnya. Pembelajaran dapat dinikmati jika pembelajaran tersebut “mengasyikkan”. Mengasyikkan tidak sekedar menyenangkan tetapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah mengetahui sesuatu hal selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai ketahanan belajar lebih lanjut. belajar itu harus Menyenangkan, Mengasyikkan, Menguatkan dan Mencerdaskan. Selain itu siswa harus dilatih Olah Pikir, Olah Hati,  Olah Rasa dan Olah Raga.
Disisi lain pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berfikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi positifnya secara optimal. Menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai semangat kompetitif dalam nuansa kebersamaan.  Sekolah, guru, serta media dan sarana yang ada hanya mendukung dan memfasilitasi. Namun, walaupun hanya memfasilitasi sekolah dan guru serta stakeholder lain termasuk pemerintah haruslah mengupayakan agar potensi yang ada, serta inner motivation dan kemandirian siswa dapat terbentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar